Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah: Makna dan Tahapannya
Nikmat ukhuwah yang Allah berikan karena keimanan memiliki nilai yang jauh lebih dalam dibandingkan hubungan persaudaraan yang didasarkan pada kepentingan atau hubungan darah. Persaudaraan yang hanya berlandaskan kepentingan akan hilang begitu tujuan tersebut tidak lagi tercapai. Sementara itu, ikatan darah pun tidak menjamin keberlangsungan persaudaraan jika hati tidak terhubung dengan keimanan yang sama.
Imam Hasan al-Banna dalam Risalatut Ta’alim menegaskan bahwa ukhuwah yang sesungguhnya adalah ikatan hati dan jiwa yang terjalin melalui aqidah. Aqidah merupakan tali yang paling kuat dan paling berharga. Ukhuwah adalah saudara dari keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara dari kekufuran. Kekuatan awal dari sebuah umat berasal dari persatuan, dan persatuan tidak akan terwujud tanpa adanya cinta. Cinta yang paling sederhana adalah sikap toleransi, sementara tingkatan tertinggi adalah itsar (mengutamakan orang lain). Seorang mukmin seharusnya memandang saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri. Jika ia tidak bersama saudaranya dalam ukhuwah, maka ada kemungkinan mereka akan mencari kebersamaan di tempat lain. Sebagaimana serigala yang selalu mengincar domba yang terpisah dari kelompoknya, seorang mukmin yang terisolasi akan lebih rentan terhadap godaan dan kelemahan. Rasulullah saw. mengibaratkan kaum mukmin seperti bangunan yang saling memperkuat satu sama lain, dan itulah yang seharusnya terjadi dalam ukhuwah Islamiyah.
Tahapan Membangun Ukhuwah
Sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah saw. dan dijelaskan dengan lebih rinci oleh Imam Hasan al-Banna dalam bahasa kontemporer, ukhuwah Islamiyah tidak bisa terbentuk secara instan. Ada beberapa tahap yang harus dilewati agar ukhuwah dapat terjalin dengan kuat, di antaranya:
1. Ta’aruf (Saling Mengenal)
Ukhuwah tidak dapat terjalin tanpa adanya perkenalan. Namun, perkenalan ini bukan hanya sebatas mengetahui nama dan wajah, melainkan juga memahami pemikiran, latar belakang kehidupan, keadaan psikologis, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing.
2. Tafahum (Saling Memahami)
Setelah mengenal satu sama lain, tahap berikutnya adalah membangun pemahaman bersama. Pemahaman ini harus dimulai dari hal-hal yang prinsip, kemudian berkembang hingga mencakup aspek-aspek sekunder dalam kehidupan. Dengan adanya kesepahaman, akan terbentuk kesatuan hati dan pemikiran yang pada akhirnya menghasilkan kesatuan dalam amal bersama.
3. Ta’awun (Saling Membantu)
Ukhuwah tidak hanya sekadar mengenal dan memahami, tetapi juga saling membantu dalam berbagai aspek kehidupan. Bantuan ini dapat berupa empati dan kepedulian terhadap perasaan saudara seiman, memberikan saran dan gagasan yang bermanfaat, serta memberikan pertolongan dalam bentuk materi atau tenaga ketika dibutuhkan.
4. Takaful (Saling Menanggung Beban)
Pada tahap ini, ukhuwah telah mencapai puncaknya, di mana seorang mukmin merasakan bahwa ia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari saudaranya. Layaknya satu tubuh, jika salah satu bagian merasa sakit, seluruh tubuh akan merasakan dampaknya. Ketika sudah mencapai tahap ini, ukhuwah Islamiyah benar-benar terwujud dengan sempurna, membawa persatuan dan kekuatan bagi umat Islam.
Dengan menjalankan keempat tahapan ini secara konsisten, insya Allah ukhuwah Islamiyah akan semakin kokoh, memperkuat persaudaraan dalam Islam, dan menjadi pilar utama bagi kesatuan umat.