Tahapan Interaksi dengan Syahadatain
Cinta dalam Islam
Islam merupakan agama yang disampaikan melalui pendekatan persuasif, tanpa paksaan atau tekanan. Penyampaiannya didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, bukti-bukti nyata, dan argumentasi logis yang tak terbantahkan. Dengan metode ini, orang-orang menerima Islam dengan penuh kesadaran dan suka cita. Sebelum seseorang memutuskan untuk memeluk Islam, mereka diajak untuk mempelajari ajaran ini secara mendalam dan mengenali Islam sebagai sistem hidup yang sempurna.
Selain itu, penting pula bagi seseorang untuk mengenal siapa yang menyampaikan Islam kepada mereka. Pada masa Rasulullah ﷺ, beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki integritas dan kredibilitas tinggi, bahkan sebelum menerima wahyu. Sifat amanah, kejujuran, dan ketulusan Rasulullah membuat masyarakat memercayainya. Begitu pula di masa kini, para da’i yang menyampaikan Islam haruslah individu dengan akhlak mulia, sehingga pesan Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Pendekatan dakwah yang mengedepankan hujjah (argumen) yang baik, disertai kredibilitas penyampainya, akan menumbuhkan rasa cinta dan kedamaian di hati para pendengar. Mereka tidak hanya mencintai Islam sebagai sistem yang mengatur kehidupan, tetapi juga mencintai Allah, Zat yang menurunkan rahmat dan kedamaian melalui ajaran ini. Selain itu, mereka juga mencintai Rasulullah ﷺ yang telah menyampaikan risalah Islam dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang.
Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah selain Allah, mencintai mereka seperti mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Ridha kepada Allah, Islam, dan Rasul-Nya
Ketika cinta yang tulus kepada Allah telah bersemi dalam hati seorang muslim, hal ini akan mengantarkannya pada keridhaan. Ia menerima Allah sebagai Tuhannya dengan sepenuh hati. Ridha tersebut mendorongnya untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta yang telah memberinya rezeki, perlindungan, dan nikmat yang tiada henti. Ia pun menerima Islam sebagai pedoman hidupnya dan meninggalkan sistem lain yang membelenggunya.
Ridha ini juga mencakup penerimaan terhadap Nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul yang membimbingnya untuk menyembah Allah dan menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah adalah teladan sempurna bagi umat manusia dalam beribadah dan berinteraksi dengan sesama.
Sebagaimana firman Allah:
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Shighah (Celupan) Allah
Cinta yang mendalam kepada Allah dan keridhaan terhadap Islam akan memengaruhi seluruh aspek kehidupan seorang muslim. Bagaikan celupan yang kuat, syahadatain mampu mewarnai hati, pikiran, dan perbuatannya. Syahadat mencelup hati seorang muslim sehingga ia memiliki keyakinan yang kokoh dan niat yang lurus. Dalam setiap amalnya, ia hanya mengharap ridha Allah dan menjauhkan diri dari kemusyrikan.
Selain itu, syahadat juga mencelup akalnya, menjadikannya berpikir secara islami dan menghasilkan gagasan serta pemikiran yang bermanfaat bagi alam semesta. Tak hanya berhenti di situ, syahadatain juga mewarnai fisiknya, sehingga perilaku, penampilan, dan amal perbuatannya mencerminkan ketaatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam.
Sebagaimana firman Allah:
“Celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya dibandingkan dengan celupan Allah?” (QS. Al-Baqarah: 138)
Dengan cinta, keridhaan, dan ketaatan yang sepenuhnya, seorang muslim menjadi pribadi yang menjalankan Islam secara total, baik dalam keyakinan, pikiran, maupun amal perbuatannya. Inilah bukti keindahan dan kesempurnaan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.