Kekuatan Al-Haq
Kekuatan Al-Haq: Kebenaran dan Kekuasaan Allah
Allah, sebagai pemilik kebenaran sejati, dikenal dengan nama Al-Haq. Selain itu, Dia juga disebut Al-Qawiyyu, Yang Maha Kuat. Sebagian dari kekuatan-Nya diwujudkan dalam alam semesta melalui berbagai potensi kekuatan yang luar biasa. Kekuatan tersebut juga tercermin dalam kebenaran, baik yang bersifat qauli (berupa ucapan atau konsep yang memiliki hujjah dan argumentasi yang kuat) maupun yang bersifat kauni (berupa hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh Allah). Dengan demikian, kebenaran dan kekuatan terbagi menjadi dua bentuk, yakni qauli dan kauni.
Kekuatan Qauli (Kebenaran Ucapan)
Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang bersumber dari Allah, yang tidak mengalami perubahan sedikit pun. Sebaliknya, kebenaran yang berasal dari manusia bersifat relatif dan dapat berubah seiring waktu karena didasarkan pada dugaan atau penafsiran (zhan). Oleh sebab itu, para ulama tidak pernah mengklaim bahwa hasil ijtihad mereka adalah kebenaran mutlak, sementara ijtihad ulama lain yang berbeda pendapat adalah kesalahan. Mereka memahami bahwa hasil ijtihad memiliki kemungkinan benar (shawab) atau bisa saja keliru (khatha).
Dalam perkara yang bersifat qath’i, seperti ayat-ayat muhkamat dan prinsip-prinsip akidah, para ulama memiliki kesepakatan karena dalilnya sangat jelas. Perbedaan pendapat di antara mereka hanya terjadi dalam ayat-ayat yang bersifat zhanni. Kesadaran akan hal ini membuat mereka selalu bersikap toleran dan berlapang dada dalam menyikapi perbedaan.
Para ulama mazhab Hanafi, misalnya, menyatakan: “Pendapat kami benar, tetapi bisa saja salah; dan pendapat selain kami salah, tetapi bisa saja benar.” Sementara itu, Imam Syafi’i dengan bijak mengatakan: “Jika ada hadis yang sahih, maka itulah mazhabku.” Imam Malik juga menegaskan: “Setiap pendapat seseorang bisa diterima atau ditolak, kecuali pendapat penghuni makam ini [Rasulullah SAW].”
Meski demikian, para ulama bukanlah orang biasa. Mereka adalah individu pilihan yang Allah persiapkan untuk menjaga dan memperbarui ajaran Islam. Setiap abad, Allah mengutus seorang mujaddid (pembaharu) untuk mengembalikan pemahaman agama kepada sumbernya yang murni. Dalam Islam, pembaruan bukanlah bid’ah, melainkan suatu usaha untuk menyesuaikan praktik kehidupan dengan ajaran Islam yang orisinil agar agama tidak dianggap sebagai penghambat kemajuan zaman.
Kekuatan Kauni (Kekuatan Alam)
Alam semesta menyimpan kekuatan yang luar biasa, yang semuanya diciptakan untuk kemaslahatan manusia. Allah telah menundukkan segala yang ada di langit dan bumi agar manusia dapat memanfaatkannya sebagai sarana beribadah kepada-Nya. Proses penundukan ini terjadi melalui sunnah kauniyah (hukum alam) yang telah Allah tetapkan. Alam tidak memiliki kehendak untuk menolak atau membantah hukum ini, karena ia hanya menjalankan perintah Allah dengan ketaatan penuh.
Dengan memahami dan menerapkan hukum alam, manusia memiliki kekuatan besar untuk mengelola kehidupan mereka dengan lebih baik. Allah telah memberikan karunia yang luar biasa dengan menempatkan umat Islam di wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Ini adalah nikmat yang harus dimanfaatkan dengan bijak.
Orang-orang yang tidak beriman hanya mengandalkan kekuatan alamiah untuk kepentingan duniawi mereka. Sebaliknya, orang-orang yang beriman dan mengikuti kebenaran (Al-Haq) menggabungkan kekuatan qauli dan kauni untuk menegakkan kebenaran di atas kebatilan. Dengan inilah Allah memenangkan agama-Nya di atas agama-agama lain dan menjaga keberlangsungan Islam di dunia ini.