KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL
Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab suci-Nya dan ditegaskan oleh Rasulullah:
“Maka arahkanlah dirimu dengan teguh kepada ajaran Islam, sesuai dengan fitrah Allah yang telah menciptakan manusia dalam kondisi tersebut.” (QS. Ar-Rum: 30)
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim)
Fitrah yang dimaksud adalah keadaan alami manusia yang memiliki kesadaran akan keberadaan Sang Pencipta. Manusia secara naluriah menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Namun, karena keberadaan manusia sebelum lahir merupakan perkara ghaib, maka pemahaman ini hanya dapat diperoleh melalui wahyu. Allah berfirman:
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (QS. Al-A’raf: 172)
Pernyataan ini mengingatkan bahwa setiap manusia telah mengakui keberadaan Allah sebelum terlahir ke dunia, agar di hari akhir kelak mereka tidak mengingkari kebenaran tersebut. Hingga saat ini, tidak ada manusia yang dapat mengklaim bahwa ia menciptakan alam semesta. Bahkan, kaum atheis pun tidak mampu membuktikan bahwa alam ini ada tanpa Pencipta yang mengatur segala sesuatu dengan sempurna.
Fitrah Manusia dalam Penyembahan
Karena secara fitrah manusia mengakui keberadaan Allah sebagai Sang Pencipta, maka mereka juga memiliki kecenderungan alami untuk menyembah-Nya sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat kehidupan, rezeki, serta perlindungan yang diberikan. Namun, penyimpangan terjadi ketika manusia justru menyembah sesuatu yang tidak menciptakannya. Penyimpangan ini bisa muncul akibat pengaruh eksternal, seperti godaan setan yang menyesatkan manusia untuk menyembah hal-hal yang mereka takuti, sesuatu yang luar biasa, bahkan menjadikan dirinya sendiri sebagai sesembahan.
Fitrah Manusia dalam Mencari Kehidupan yang Harmonis
Secara alami, manusia mendambakan kehidupan yang tertata, damai, dan harmonis. Mereka tidak menginginkan kekacauan, ketakutan, atau ancaman dalam hidupnya. Namun, setan selalu berusaha menciptakan konflik, pertikaian, dan perselisihan di antara manusia, yang akhirnya menimbulkan permusuhan dan kehancuran.
Jika fitrah manusia terjaga dengan baik dan mendapat bimbingan yang benar, maka ia akan melahirkan kebaikan bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Namun, jika manusia terjerumus dalam tipu daya setan, mereka bisa tersesat dalam kemusyrikan, melanggar aturan Allah, dan menyimpang dari jalan yang lurus.
Pentingnya Wahyu sebagai Pedoman Hidup
Untuk menjaga fitrah manusia tetap dalam kebaikan, diperlukan bimbingan dari Allah. Namun, karena Allah adalah Zat Yang Maha Ghaib, manusia tidak bisa berinteraksi langsung dengan-Nya. Oleh karena itu, Allah mengutus para nabi dan rasul yang diberi wahyu sebagai petunjuk hidup yang terjamin kebenarannya.
Dengan memahami ajaran wahyu, manusia dapat mengenali penciptanya, menjalani kehidupan dengan benar, serta beribadah sesuai tuntunan yang sahih. Pedoman ilahi inilah yang akan menjaga manusia tetap berada di jalur yang lurus, menjauhkan dari kesesatan, serta membimbingnya menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Mari kita senantiasa menjaga fitrah kita dengan berpegang teguh pada ajaran Allah dan mengikuti petunjuk-Nya agar hidup kita penuh berkah dan berada dalam lindungan-Nya.