Hidup Dibawah Naungan Tauhid
Meraih Kehidupan yang Baik dengan Meng-Esa-kan Allah
Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang baik, penuh kebahagiaan, bebas dari rasa takut, dan segala kebutuhannya tercukupi. Namun, tidak semua orang dapat merasakan kehidupan seperti itu. Banyak orang yang selalu diliputi rasa takut dan kecemasan, merasa tidak ada yang menjamin kehidupan mereka. Ada pula yang mendapat jaminan, tetapi harus mengorbankan sebagian kebahagiaannya. Mereka sering terombang-ambing dalam keraguan karena harapan mereka tergantung pada banyak pihak yang mereka takutkan. Ketika mencoba menyenangkan satu pihak, pihak lain marah; ketika mendapat jaminan dari satu pihak, pihak lain mengancam. Ini terjadi ketika seseorang memiliki lebih dari satu tuhan. Al-Qur’an menggambarkan dua kondisi ini seperti seorang budak yang menjadi milik satu tuan dan budak lain yang menjadi milik beberapa tuan yang saling berselisih, di mana masing-masing tuan menuntut loyalitas darinya.
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang budak yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat namun mereka saling berselisih dan seorang budak yang menjadi milik penuh seorang tuan. Adakah kedua budak itu sama halnya?” (Terjemah Q.S. Az-Zumar: 29)
Kehidupan yang baik hanya akan tercapai jika seseorang hanya ber-wala’ kepada satu tuhan yang Maha Sempurna, yaitu Allah. Aqidahnya tentang Dzat Allah, sifat-sifat, nama-nama (asma), dan perbuatan-Nya harus benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip tauhid yang diajarkan oleh Rasulullah saw., yaitu mentauhidkan Allah dalam hal:
Asma dan Sifat
Dalam hal asma dan sifat, seorang mukmin meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna. Tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Asma Allah lebih banyak dari yang kita ketahui karena Allah masih merahasiakan sebagian nama-nama-Nya sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw. dalam doa,
“…aku mohon dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau gunakan untuk menamai diri-Mu sendiri, atau yang Kau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau Kau turunkan kepada salah seorang di antara hamba-Mu, atau Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu…”
Rububiyah
Seorang mukmin meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakan dirinya dan alam semesta beserta segala isinya sebagai fasilitas hidup. Allah menundukkan seluruh alam untuk menjamin kehidupannya, memberikan rezeki yang tiada habisnya, serta memelihara dan melindungi keselamatannya.
Mulkiyah
Seorang mukmin meyakini bahwa Allah adalah Penguasa seluruh kerajaan langit dan bumi. Allah adalah Pemilik segala kerajaan.
“Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di tangan Allah-lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Terjemah Q.S. Ali Imran: 26)
Uluhiyah
Karena sifat-sifat kesempurnaan-Nya, Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah.
Dengan demikian, ketika seseorang mengikrarkan Laa ilaaha illallah, ia yakin sepenuhnya bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada yang dicintai dan dituju selain Allah; Raja yang ditaati dan disembah.
Jika seseorang benar-benar meyakini hal ini, maka saat itulah ia akan merasakan kehidupan yang baik yang Allah janjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih.