Hakikat Manusia
Hakikat Manusia
Setiap manusia, tanpa memandang status atau kedudukannya, perlu memahami hakikat dirinya dan kehidupannya. Kesadaran ini penting agar ia dapat bersikap bijak dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, sesama manusia, serta makhluk lainnya. Beberapa aspek hakikat manusia yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
-
Makhluk
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang lahir dalam fitrah Islam, sebagaimana makhluk lainnya. Ia bukan malaikat yang diciptakan dari cahaya, dan bukan pula iblis yang berasal dari api. Dari sisi fisik, manusia adalah makhluk yang lemah, memiliki keterbatasan, dan tidak luput dari kekurangan. Ia juga memiliki keterbatasan pengetahuan, karena tidak dapat memahami hal-hal yang belum diizinkan Allah untuk diketahuinya. Selain itu, manusia tidak bisa hidup sendiri, sebab keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada orang lain dan lingkungan di sekitarnya.
-
Dimuliakan (Mukkaram)
Meskipun berasal dari tanah dan air, Allah telah menghendaki manusia menjadi makhluk yang mulia. Sebagai manusia saja, ia telah disebut al-mukkaram (yang dimuliakan). Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah yang mutlak. Allah meniupkan ruh ke dalam dirinya dan menganugerahkan berbagai kelebihan, termasuk akal yang menjadikannya makhluk istimewa. Selain itu, alam semesta ini juga ditundukkan untuk kepentingan manusia sebagai bentuk kasih sayang Allah.
-
Diberi Tanggung Jawab (Mukallaf)
Manusia tidak diciptakan begitu saja tanpa tujuan. Sebagai makhluk yang telah diberi berbagai keistimewaan, ia juga dibebani tanggung jawab. Kenikmatan yang diterimanya harus disyukuri dengan cara menjalankan ibadah secara tulus dan benar kepada Allah. Selain itu, manusia juga diamanahkan sebagai khalifah di bumi, yang bertugas mengelola kehidupan sesuai dengan aturan-Nya. Dengan demikian, ia tidak boleh bertindak sewenang-wenang atau semaunya sendiri.
-
Memiliki Kebebasan Memilih (Mukhayyar)
Jika Allah berkehendak, manusia bisa saja diciptakan tanpa akal, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidupnya. Namun, Allah memberikan manusia keistimewaan berupa hati dan akal, yang menjadikannya makhluk yang mampu berpikir serta menentukan jalan hidupnya. Kebebasan ini sejatinya adalah ujian. Jika digunakan dengan baik, manusia akan beriman kepada Allah. Namun, jika disalahgunakan dengan kesombongan dan mengingkari nikmat-Nya, maka ia akan menjadi bagian dari golongan yang kufur dan menjadi musuh Allah.
-
Akan Mendapat Balasan (Majziy)
Kebebasan yang dimiliki manusia dalam menentukan pilihan hidup bukanlah tanpa konsekuensi. Semua nikmat yang diberikan sejak penciptaannya, keistimewaan yang dimilikinya, serta tanggung jawab yang diembannya akan diperhitungkan oleh Allah. Setelah kehidupan di dunia berakhir, manusia akan mendapatkan balasan yang adil di akhirat, baik berupa surga maupun neraka. Bahkan, sebagian balasan tersebut bisa dirasakan sejak di dunia. Setiap kebaikan yang dilakukan akan mendapatkan balasan minimal sepuluh kali lipat atau lebih sesuai dengan kehendak Allah. Demikian pula perbuatan buruk, akan dibalas dengan keadilan yang setimpal.
Dengan memahami hakikat dirinya, manusia diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik, beribadah dengan penuh keikhlasan, serta menjalankan amanah sebagai khalifah di bumi dengan penuh tanggung jawab.