Cinta Kepada Allah
Memahami Cinta dalam Islam
Cinta seseorang terhadap sesuatu terjadi karena adanya dorongan, baik positif maupun negatif. Di balik cinta, selalu ada hal menarik, menyenangkan, dan memberi harapan. Secara umum, dorongan cinta terbagi menjadi dua jenis: cinta syar’i yang lahir dari iman dan cinta yang tidak syar’i yang lahir dari nafsu. Islam memandang nafsu sebagai sifat fithri yang tidak perlu dimatikan atau dikendalikan secara ekstrem. Mengapa demikian? Karena dorongan cinta ini bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan produktif jika dikendalikan dengan bijak. Kaidah-kaidah syar’i berfungsi sebagai pagar yang membimbing dan mengendalikan nafsu agar tidak melewati batas-batas Allah. Sinergi antara iman dan nafsu yang baik akan menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika tidak terkendali, nafsu akan mendatangkan bencana dan petaka di dunia dan akhirat.
Tanda-tanda Cinta
Cinta terhadap apa pun, baik yang bersifat syar’i maupun tidak, akan menunjukkan tanda-tanda yang jelas, antara lain: banyak mengingat/menyebut, kagum, ridha, berkorban, cemas, berharap, dan taat.
Banyak Menyebut
Karena Allah adalah yang paling pantas diharap dan ditakuti, seharusnya Dia paling sering diingat dan disebut. Banyak mengingat dan menyebut Allah adalah salah satu kunci kemenangan.
“Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu mendapat kemenangan.” (Al-Anfal: 45)
Kagum
Karena keindahan, kebesaran, kekuasaan, dan kesempurnaan lainnya, orang akan mengagumi pihak yang dicintainya. Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan paling berhak mendapatkan segala bentuk pengagungan. Segala puji bagi Allah, bagaimanapun kondisi yang dialami dan apa pun yang terjadi.
Ridha
Cinta membuat seseorang rela terhadap apa saja yang dilakukan kekasihnya. Apa pun yang dilakukan kekasihnya, menurut pandangannya selalu baik, meskipun kadang menimbulkan kerugian fisik atau materi. Baginya, merupakan keberuntungan dan kemenangan jika kekasihnya ridha kepadanya, meskipun harus mengorbankan sesuatu yang paling berharga.
Berkorban
Bagi yang mencintai, kebahagiaan, bahkan puncak kebahagiaan, adalah berkorban demi cintanya. Semakin besar cintanya, semakin besar pengorbanan yang dilakukan. Semakin besar cinta yang didapatkan dari kekasihnya, semakin besar pula kebahagiaannya.
Cemas
Dalam waktu yang sama, seseorang cemas bila cintanya tidak terbalas. Perasaan ini mendorongnya untuk selalu berusaha maksimal mencari ridha kekasihnya. Apa pun dilakukan untuk mengobati kecemasannya.
Berharap
Ia tidak pernah putus asa jika apa yang diharapkan dari kekasihnya belum juga didapat, sebab memang tidak ada harapan lain baginya. Harapan kepada Allah inilah yang menggerakkan dan mengarahkan langkah kehidupan seseorang.
Taat
Karena selalu mengingat, kagum, ridha, rela berkorban, cemas, dan berharap, maka ia selalu mentaati semua perintah dan menjauhi segala larangan Allah.
Semua perasaan di atas berpadu menjadi satu dalam cinta. Cinta yang terbesar dan paling utama diberikan kepada Allah. Sedangkan cinta kepada yang lain harus berada dalam kerangka cinta-Nya.