Ridha Kerelaan

Ridha (Kerelaan)

Kerelaan Hati dalam Syahadat: Bukti Nyata Keimanan Sejati


Syahadat bukan hanya sekadar pernyataan lisan, melainkan juga melibatkan ketulusan hati untuk mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Sikap ini meliputi penerimaan atas segala ketetapan-Nya terhadap diri kita, seluruh makhluk, dan alam semesta. Syahadat juga mendorong kita untuk beribadah dengan penuh keikhlasan sebagai wujud ketaatan kepada-Nya.

1. Ketetapan Allah dalam Takdir dan Qadha

Setiap peristiwa dalam hidup kita telah ditentukan Allah sejak awal penciptaan dan tercatat dalam Lauhul Mahfuzh. Hal-hal yang terjadi, baik yang menyenangkan maupun yang sulit, merupakan bagian dari rencana-Nya yang sempurna. Sebagai manusia, kita seringkali tidak memahami hikmah di balik setiap kejadian. Apa yang tampak kurang baik bagi kita, mungkin sebenarnya adalah jalan menuju kebaikan. Sebaliknya, hal yang terlihat baik, bisa saja menyimpan risiko yang tidak kita sadari.

Allah mengingatkan dalam firman-Nya:
“Bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal hal itu baik bagimu. Dan mungkin kamu menyukai sesuatu, padahal hal itu buruk bagimu. Allah lebih mengetahui, sementara kamu tidak mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Ketetapan Allah tidak untuk diperdebatkan, karena Dia adalah Maha Tahu, Maha Adil, dan Maha Bijaksana. Setiap keputusan-Nya selalu memiliki hikmah yang mendalam, meskipun terkadang di luar jangkauan pemahaman kita. Sikap positif terhadap takdir akan menjadikan setiap pengalaman hidup bermakna.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Mengagumkan urusan seorang mukmin. Semua keadaannya adalah kebaikan. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Jika ia ditimpa musibah, ia bersabar, maka itu pun menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

2. Hukum Alam dalam Kehidupan

Allah telah menetapkan hukum-hukum alam yang mengatur cara kerja semesta ini. Fenomena alam yang kita amati adalah bagian dari sunnatullah, yang menjadi sarana bagi manusia untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan memanfaatkan hukum-hukum ini, manusia dapat menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk kehidupan dan mendukung ketaatan kepada Allah.

Allah berfirman:
“Segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan ukuran yang tepat.” (QS. Al-Furqan: 2)

“Tidak ada sehelai daun pun yang jatuh tanpa sepengetahuan-Nya. Tidak ada biji di perut bumi, tidak ada sesuatu yang basah atau kering, kecuali semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-An’am: 59)

Pemahaman tentang sunnatullah mengajarkan manusia untuk bersyukur dan memanfaatkan anugerah Allah dengan bijaksana. Dengan ilmu pengetahuan, kita dapat mengelola bumi untuk kesejahteraan umat manusia sekaligus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

3. Kepatuhan pada Syariat

Syahadat juga mengharuskan kita menerima ketentuan Allah dalam syariat. Ini berarti menjalankan kewajiban agama dan menjauhi larangan-Nya dengan tulus. Setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya di hadapan Allah.

Seorang mukmin sejati adalah mereka yang mematuhi perintah Allah dengan sepenuh hati dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Kepatuhan pada syariat menunjukkan keimanan yang kokoh dan kerelaan hati dalam mengabdi kepada-Nya.

Penutup

Kerelaan hati untuk menerima ketentuan Allah, baik yang terkait dengan diri kita, hukum alam, maupun syariat-Nya, adalah inti dari syahadat yang benar. Dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seorang mukmin tidak hanya mendapatkan ketenangan hidup, tetapi juga menjadikan seluruh amalnya bernilai ibadah. Inilah bukti nyata dari iman yang sejati.



Artikel Lain