MAKNA “ILAH”
Mengapa Kaum Musyrikin Sulit Mengucapkan Syahadat
Kesulitan kaum musyrikin untuk mengucapkan syahadat berakar dari makna mendalam di balik kalimat tersebut. Syahadat tidak hanya bermakna pengakuan atas keberadaan Allah, tetapi juga penolakan terhadap tuhan-tuhan selain-Nya. Hal ini mengandung konsekuensi berat, karena seseorang harus meninggalkan semua bentuk peng-Ilah-an terhadap selain Allah.
Makna Ilah dalam Islam
Istilah ilah berasal dari akar kata kerja aliha dalam bahasa Arab, yang memiliki makna sebagai berikut:
- Merasa tenteram kepadanya: Seseorang merasa damai dan nyaman dengan keberadaan sesuatu sehingga ia begitu terikat dan enggan melepaskannya.
- Berlindung karena kekuatan dan kekuasaan: Seseorang mendekat karena kekagumannya terhadap kehebatan dan otoritas yang dimiliki sesuatu tersebut.
- Rindu untuk selalu dekat: Kehadiran sesuatu itu memberikan rasa aman dan tenteram, sehingga seseorang terus berusaha untuk berada di sisinya.
- Mencintai dengan tulus: Cinta yang mendalam ini muncul dari ketenteraman, perlindungan, dan kerinduan yang dirasakan.
Ketika seseorang mengenali, merasakan, atau meyakini keempat hal tersebut, ia akan:
- Menyembah dan berkorban demi cinta itu: Ia rela memberikan segalanya, termasuk jiwa dan raga, demi apa yang ia anggap sebagai sumber ketenteraman, perlindungan, dan kerinduannya.
Dalam Islam, sesuatu yang diperlakukan dengan cinta, ketundukan, dan pengorbanan seperti ini disebut sebagai ilah atau tuhan. Namun, hanya Allah-lah yang pantas diperlakukan demikian, karena hanya Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan sejati.
Kekeliruan dalam Meng-Ilah-kan Selain Allah
Di dunia ini, banyak hal yang disembah atau dianggap sebagai tuhan, baik secara sadar maupun tidak. Padahal, objek-objek tersebut tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan sedikit pun. Sebesar apa pun sesuatu itu, tetap saja ia memiliki kekurangan dan keterbatasan.
Kisah Nabi Ibrahim as. memberikan pelajaran penting bagi kita. Saat mencari Tuhan, beliau sempat mengira bahwa benda-benda besar seperti bintang, bulan, dan matahari adalah tuhan. Namun, ketika ia menemukan kekurangan pada masing-masing benda tersebut, Ibrahim menyadari bahwa mereka bukanlah Tuhan yang sejati. Pada akhirnya, beliau menyimpulkan bahwa hanya Allah, Sang Pencipta langit dan bumi, yang layak disebut Tuhan.
Karakteristik Ilah yang Benar
Berdasarkan pemahaman bahasa dan ajaran Islam, ilah atau tuhan memiliki sifat-sifat berikut:
- Memberi manfaat dan mengabulkan doa: Tuhan adalah yang memiliki kekuasaan untuk memberikan kebaikan dan memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya.
- Ditatati karena kebenaran petunjuk-Nya: Ia memberi arahan yang menjamin keselamatan dan kebahagiaan.
- Dicintai karena kasih sayang-Nya: Tuhan mencurahkan rahmat dan cinta yang tiada habisnya kepada makhluk-Nya.
- Ditakuti karena murka-Nya: Ia memiliki otoritas untuk menghukum mereka yang membangkang perintah-Nya.
Sifat-sifat ini hanya dimiliki oleh Allah swt., Sang Pencipta segala sesuatu. Memperlakukan selain Allah dengan sikap yang seharusnya hanya diberikan kepada-Nya adalah bentuk penyimpangan atau kesesatan yang nyata. Allah tidak mengizinkan manusia untuk mempertuhankan apa pun selain Dia.
Kesimpulan
Hanya Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan sebagai ilah. Islam mengajarkan bahwa memberikan cinta, ketundukan, dan pengorbanan kepada selain Allah merupakan kesalahan besar. Syahadat mengingatkan kita untuk meneguhkan keyakinan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Inilah inti dari tauhid, ajaran pokok yang menjadi fondasi keimanan seorang Muslim.