Desain Tanpa Judul(1)

Memurnikan Ibadah

Tauhid Ibadah: Memurnikan Penghambaan Hanya untuk Allah

Tauhid ibadah adalah konsep mengesakan Allah dalam ibadah, artinya mengarahkan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya. Tauhid ibadah akan terjadi apabila tauhidullah (pengesaan Allah) telah tercapai seperti yang kita pahami dalam konsep Pengesaan Allah. Meng-Esa-kan Allah disebut juga al-ikhlash, yang berarti pemurnian. Jadi, tauhidul ibadah adalah ikhlasul ibadah, yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja. Pengesaan Allah dan ikhlasul ibadah hanya akan benar-benar tercapai apabila memenuhi konsekuensi kalimat tauhid “laa ilaaha illallah” yaitu menolak segala bentuk ilah dan hanya mengakui Allah sebagai satu-satunya ilah tanpa sekutu. Tauhidullah dan ikhlasul ibadah baru akan tercapai apabila dilakukan dengan dua langkah utama yaitu:

Menolak Thaghut

Kata thaghut berasal dari thagha yang berarti melampaui batas. Menurut Ibnu Taimiyah, thaghut adalah segala sesuatu yang diperlakukan seperti halnya Allah, baik itu jin, manusia, maupun makhluk lainnya. Sebab sesungguhnya yang berhak mendapatkan peribadatan hanyalah Allah. Ketika ada dzat lain yang diperlakukan seperti Tuhan atau diperlakukan oleh pihak lain padahal ia tidak pantas mendapat perlakuan demikian, itulah perlakuan yang melampaui batas sehingga disebut thaghut.

Untuk menjaga kemurnian tauhid dan ibadah, penolakan terhadap thaghut harus dilakukan secara preventif dan antisipatif sehingga setiap muslim diperintahkan untuk menjauhi thaghut agar tidak terlibat dalam kemusyrikan, betapa pun kecil dan samarnya. Salah satu karakteristik orang yang bertaqwa adalah menjauhi thaghut.

“Dan orang-orang yang menjauhi thaghut agar tidak menyembahnya.” (Az-Zumar: 17)

Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa kemusyrikan itu lebih tersembunyi dibanding bekas tapak kaki semut hitam di atas batu karang di kegelapan malam. (HR. Ahmad)

Iman kepada Allah

Setelah menolak thaghut, manusia harus membangun keimanan kepada Allah. Jika hanya menolak tuhan-tuhan tanpa percaya kepada Tuhan yang satu, maka ia disebut atheis. Dalam hal ini, ia telah mempertuhankan dirinya sendiri, yang berarti ia telah melampaui batas seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, ia memandang dirinya serba cukup.” (Al-‘Alaq: 6-7)

Iman kepada Allah harus diwujudkan dalam bentuk ibadah (penghambaan) dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Misi para nabi dan rasul adalah untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju penghambaan kepada Pencipta makhluk.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat seorang rasul (agar mereka menyerukan), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’.” (An-Nahl: 36)

Dengan dua langkah tauhid inilah, pemurnian ibadah hanya kepada Allah dapat dicapai. Dengan ini pula seseorang disebut telah berpegang pada tali yang kokoh.

“Barangsiapa kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah berarti ia telah berpegang kepada tali yang kokoh.” (Al-Baqarah: 256)

Artikel Lain